ASKEP HEPATITIS
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai
nekrosis dan inflamasi pada sel- sel hati yang menghasilakan kumpulan perubahan
klinis, biokimia serta seluler yang khas. Sampai saat ini telah teridentifikasi
lima tipe hepatitis virus yang pasti: hepatitis A, B, C, D, E. Hepatitis A dan
E mempunyai cara penularan yang serupa ( jalur fekal – oral ) sedangkan
hepatitis B, C, dan D memilki banyak karateristik yang sama.
Hepatitis kemungkinan terjadi sebagai infeksi
sekunder selama perjalanan infeksi dengan virus-virus lainnya, seperti :
o Cytomegalovirus
o Virus Epstein-Barr
o Virus Herpes simplex
o Virus Varicella-zoster
Klien biasanya sembuh secara total dari
hepatitis, tetapi kemungkinan mempunyai penyakit liver residu. Meskipun angka
kematian hepatitis relatif lama, pada hepatitis virus akut bisa berakhir dengan
kematian.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa dapat mengetahui masalah tentang
hepatitis dan asuhan keperawatan pada klien dengan hepatitis.
1.2.2 Tujuan Khusus
Secara khusus “
Hepatitis “ ini disusun supaya:
1.
Mahasiswa dapat
mengetahui tentang pengertian, etiologi, klasifikasi, manisfestasi
klinis,patofisiologi, pemeriksaan penunjang,penatalaksanaan, serta proses
keperawatan.
2.
Mahasiswa dapat
mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien dengan hepatitis.
3.
Mahasiswa dapat
mengidentifikasi pendidikan kesehatan yang diperlukan pada pasien yang dirawat
dengan keluhan hepatitis.
4.
Agar makalah ini dapat
menjadi bahan ajar bagi mahasiswa lainnya tentang berbagai hal yang berhubungan
dengan hepatitis.
BAB II
KONSEP DASAR
2.1 Definisi
Hepatitis adalah penyakit peradangan
hati yang dapat disebabkan oleh berbagai kausa, termasuk infeksi virus atau
pajana ke bahan – bahan toksik. Pada hepatitis virus, Peradangan hati yang
berkepanjangan atau berulang, yang biasanya berkaitan dengan alkoholisme
kronik, dapat menyebabkab sirosis, suatu keadaan berupa penggantian hepatosit
yang rusak secara permanen oleh jaringan ikat. Jaringan hati memiliki kemampuan
mengalami regenerasi, dan dalam keadaan normal mengalami pertukaran sel yang
bertahap. Apabila sebagian jaringan hati rusak, jaringan yang rusak tersebut
dapat diganti melalui peningkatan kecepatan pembelahan sel – sel yang sehat.
Tampaknya terdapat suatu faktor dalam darah yang bertanggung jawab mengatur
proliferasi sel hati, walaupun sifat dan mekanisme factor pengatur ini masih
merupakan misteri. Namun, seberapa cepat hepatosit dapat diganti memiliki
batas. Selain hepatosit, di antara lempeng – lempeng hati juga ditemukan
beberapa fibroblast ( sel jaringan ikat ) yang membentuk jaringan penunjang
bagi hati. Bila hati berulang – ulang terpajan ke bahan – bahan toksik,
misalnya alcohol, sedemikian seringnya, sehingga hepatosit baru tidak dapat
beregenerasi cukup cepat untuk mengganti sel – sel yang rusak, fibroblast yang
kuat akan memanfaatkan situasi dan melakukan proliferasi berlebihan. Tambahan
jaringan ikat ini menyebabkan ruang untuk pertumbuhan kembali hepatosit
berkurang.
Hepatitis adalah suatu proses
peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan
oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi,
1999). Hepatitis adalah peradangan dari sel-sel liver yang
meluas/ menyebar , hepatitis virus merupakan jenis yang paling dominan. Luka
pada organ liver dengan peradangan bisa berkembang setelah pembukaan untuk
sejumlah farmakologi dan bahan kimia dari inhalasi, ingesti, atau pemberian
obat secara parenteral (IV) . Toxin dan Drug induced Hepatitis merupakan hasil
dari pembukaan atau terbukanya hepatotoxin, seperti : industri toxins, alkohol
dan pengobatan yang digunakan dalam terapi medik.
Istilah "Hepatitis" dipakai untuk
semua jenis peradangan pada hati (liver). Penyebabnya dapat berbagai macam,
mulai dari virus sampai dengan obat-obatan, termasuk obat tradisional. Virus
hepatitis juga ada beberapa jenis, hepatitis A, hepatitis B, C, D, E, F dan G.
Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa akut ( hepatitis A ) dapat
pula hepatitis kronik (hepatitis B,C) dan adapula yang kemudian menjadi kanker
hati ( hepatitis B dan C ). hepatitis yang biasanya
disebabkan oleh obat-obatan, alkohol (hepatitis alkoholik), dan obesitas
serta gangguan metabolisme yang menimbulkan nonalkoholik
steatohepatitis (NASH) disebut Hepatitis Nonvirus.
2.2 Epidemologi
Insiden hepatitis virus yang terus meningkat
semakin menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit tersebut penting karena
mudah ditularkan, memiliki morbiditas yang tinggi dan menyebabkan penderitanya
absen dari sekolah atau pekerjaan untuk waktu yang lama. 60% sampai 90%
kasus–kasus hepatitis virus diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan.
Keberadaan kasus-kasus subklinis, ketidakberhasilan untuk mengenali kasus–kasus
yang ringan dan kesalahan diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab
pelaporan yang kurang dari keadaan sebenarnya. Meskipun kurang lebih 50% orang
dewasa di Amerika Serikat telah memilki antibodi terhadap virus hepatitis A,
banyak orang tidak mengingat kembali episode atau kejadian sebelumnya yang
memperlihatkan gejala hepatitis
2.3 etiologi
1. Virus hepatitis A, B, C, D, E dan G yang masing-masing
menyebabkan tipe hepatitis yang berbeda.
2. Alkohol
3. Keracunan Obat-obatan
2.4 Klasifikasi
1.
Virus
Hepatitis yang Ditularkan secara Parenteral dan Seksual
Hepatitis B
Hepatitis B adalah virus yang sering dipelajari karena dapat
diuji, prevalensi dari penyakit. Morbiditas dan mortalitas berhubungan dengan
penyakit.
Infeksi hepatitis B
terdapat diseluruh dunia, menyebabkan 250.000 kematian per tahun. Sejak 1982,
vaksin efektif dari hepatitis B tersedia dan adanya kampanye penurunan penyakit
akan memungkinkan penurunan dampak penyakit ini di masa depan.
Penularan. Daerah
dimana penyakit ini endemik ( Kutub, Afrika, Cina, Asia Selatan dan Amazon ),
bentuk penularan yang sering adalah secara perinatal dari ibu terinfeksi pada
bayinya. Di Negara berkembang dengan prevalensi penyakit lebih rendah, rute
utama penularan adalah seksual dan parenteral. Di Amerika Serikat, populasi
risiko tinggi meliputi laki – laki homoseksual, pengguna obat intravena,
petugas perawatan kesehatan dan mereka yang mendapat transfusi darah.
Patofisiologi. Virus
harus dapat masuk ke aliran darah dengan inokulasi langsung, melalui mebran
mukosa atau merusak kulit untuk mencapai hati. Di hati, replikasi perlu
inkubasi 6 minggu sampai 6 bulan sebelum penjamu mengalami gejala. Beberapa
infeksi tidak terlihat untukmereka yang mengalami gejala, tingkat kerusakan
hati, dan hubungannya dengan demam yang diikuti ruam, kekuningan, arthritis,
nyari perut, dan mual. Pada kasus yang ekstrem, dapat terjadi kegagalan hati
yang diikuti dengan ensefalopati. Mortalitas dikaitkan dengan keparahan
mendekati 50%.
Infeksi primer atau tidak primer tampak secara klinis, sembuh
sendiri dalam 1 sampai 2 minggu untuk kebanyakan pasien. Kurang dari 10% kasus,
infeksi dapat menetap selama beberapa dekade. Hepatitis B dipertimbangkan sebagai
infeksi kronik pada saat pasien mengalami infeksi sisa pada akhir 6 bulan.
Komplikasi berhubungan dengan hepatitis kronik dapat menjadi parah, dengan
kanker hati, sirosis dan asites terjadi dalam beberapa tahun sampai dengan
puluhan tahun setelah infeksi awal.
Diagnosis. Tes
serologik untuk hepatitis akan member informasi diagnostik dan informasi
tentang tingkat penularandan kemungkinan tahap penyakit. Tes dilakukan langsung
berhubungan dengan virus dan antibodi yang dihasilkan penjamu dalam merespons
protein tersebut. Virus mempunyai inti dan bagian luar sebagai pelindung.
Protein behubungan dengan bagian antigen inti dan antigen permukaan. Tes
laboratorium untuk antigen inti tidak tersedia, tetapi antigen permukaan sering
menunjukan HBsag, yang dapat didetekasi, dalam beberapa minggu awal infeksi.
Peningkatan titer selama beberapa minggu dan juga terjadi penurunan pada
tingkat yang tidak dapat dideteksi. Adanya HBsag menadakan infeksi saat itu dan
tingkat penularan relative tinggi. Antigen lain yang merupakan bagian dari
virus disebut e antigen ( HBeag ). HBeag adalah penanda
ketajaman yang sangat sensitive karena dapat dideteksi dalam perkiraan terdekat
pada waktu penyakit klinis dan pada saat di mana tampak risiko menjadi lebih
besar untuk menular.
Vaksin. Vaksin hepatiis B
dihasilkan dengan menggunakan antigen hepatitis B untuk menstimulasi produksi
antibodi dan untuk memberikan perlindungan terhadap infeksi, keamanan, dan
keefektifannya mendekati 90% dari vaksinasi. Karena virus hepatitis B mudah
ditularkan dengan jarum suntik di area perawatan kesehatan. Penurunan infeksi
perinatal dan risiko penularan terjadi setelah kelahiran, vaksin hepatitis B
diberikan secara rutin pada bayi setelah lahir. Vaksinasi individual ( yang
sebelumnya tidak terinfeksi ) akan memiliki serologi hepetitis B yang positif
hanya pada HBsab. Ini menjamin kekebalan yang dihasilkan olah vaksin yang dapat
dibedakan dari produksi alami, saat inti antbodi juga ada.
Hepatitis C
Sampai saat ini, hepatitis Non- A, Non- B menunjukan gambaran
virus hepatitis yang bukan hepatitis A, B atau agens penyebab lain. Banyak dari hepatitis Non-
A, Non- B ditularkan melalui parenteral. Hal ini sebelumnya tidak diketahui dan
virus ini juga tidak diketahui dan sekarang teridentifikasidan disebut hepatitis
C. Kemudian, tes antibodi untuk memeriksa pasien terhadap agens ini telah
tersedia.
Patofisiologi. Hepatitis C sekarang
diperkirakan dapat menginfeksi sekitar 150.000 orang per tahun di Amerika
Serikat. Hal ini dianggap menjadi penyakit yang ditularkan hampir selalu
melalui transfusi darah. Namun, ada bukti bahwa virus ditularkan melalui cara
perenteral lain ( menggunakan bersama jarun yang terkontaminasi oleh pengguna
obat intravena dan tusukan jarum yang tidak disengaja dan cedera lain pada
petugas kesehatan ). Terdapat bukti lanjut dimana virus ditularkan melalui
kontak seksual.
Diagnosis. Tes serologik saat
bisa dilakukan untuk mendeteksi virus hepatitis C dengan antibodi yang
diinterpretasi secara terbatas. Banyak pasien yang memiliki gejala klinik dari
virus hepatitis perlu dilakukan tes.
Tes fungsi hati digunakan untuk mendapat
status hepatitis. Penyakit ini tidak terlalu dipahami pada saat ini, tapi
peningakatan dan biasanya ditemukan penurunan berulang enzim hati. Dengan
informasi ini dan tanda klinis lain, dipercaya bahwa sebanyak separuh dari
semua pasien mengalami infeksi hepatitis C yang berkembang menjadi infeksi
kronik. Hal ini telah menunjukan penyebab utama penyakit hati kronik dan
sirosis di Amerika Serikat.
Penatalaksanaan. Saat ini, tidak diketahui
terapi, vaksin atau agens profilaktik pasca pemajananyang diakui untuk hepatitis
C. Petugas perawatan kesehatan harus mengikuti prinsip kewaspadaan umum
untuk meminimalkan risiko penularan karena pekerjaan. Prinsip ini didasarkan
pada pemahaman bahwa populasi yang terinfeksi adalah carrierpenyakit
ini. Perhatian terhadap jarum dan kewaspadaan yang tepat harus digunakan pada
semua pasien.
Hepatitis D
Hepatitis D adalah virus yang bergantung pada
virus hepatitis B yang lebih kompleks untuk bertahan. Hepatitis D hanya
merupakan risiko untuk mereka yang mempunyai antigen permukaan hepatitis B
positif
Hepatitis D dicurigai ketika pasien sakit
akut dengan gejala baru atau berulang dan sebelumnya telah mengalami hepatitis
B atau sebagai carrier hepatitis B.
Tidak ada tindakan spesifik untuk hepatitis.
Pencegahan untuk virus ini dicapai sebagai keuntungan sekunder dari vaksin
hepatitis B. Perilaku preventif terhadap virus darah ini ( tidak menggunakan
jarum bergantian dan menggunakan kondom pada saat berhubungan seksual ) harus
ditekankan pada orang yang terinfeksi hepatitis B yang tidak terinfeksi
hepatitis D.
2. Virus hepatitis yang
Ditularkan melalui Rute Fekal – Oral
Hepatitis A
Hepatitis A adalah virus yang hampir selalu
ditularkan melalui rute fekal – oral. Virus ini menimbulkan hepatitis akut
tanpa keadaan kronik atau menetap seperti yang ditunjukan oleh virus hepatitis
darah.
Pada anak,penyakit ini sering tidak dikenali atau tampak
dengan keluhan tidak parah. Gejala lebih terlihat pada orang dewasa dan dapat
berupa kelemahan sampai dengan demam, ikterik, mual dan muntah. Penyakit ini
baisanya berlangung 1 sampai 3 minggu. Pasien jarang membutuhkan perawatan di
rumah sakit dan pada saat gejala timbul, sangat kecil kemungkinan menular pada
orang lain.
Karena dapat ditularkan dengan makanan dan
air yang terkontaminasi, hepatitis A dapat menjadi potensi epidemic di Negara
dengan penanganan yang buruk. Petugas penyiapan makanan yang terinfeksi
mempunyai potensi penularan penyakit pada orang lain jika kebersihan diri tidak
dilakukan dengan baik.
Tes antibodi hepatitis A yang tersedia mendeteksi IgM
yang menunjukan infeksi akut atau yang baru terjadi.atau IgG yang menunjukan
infeksi yang sudah sembuh.
Hepatitis E
Hepatitis E adalah infeksi virus yang
menyebar melalui kontaminasi makanan dan air melalui jalur fekal – oral. Sampai
dengan saat ini, infeksi disebut dengan hepatitis enteric Non- A Non- B.
Diagnosa dibuat dengan menyingkirkan hepatitis A, B, dan C dan menentukan yang
paling mungkin dari sumber makanan atau air yang terkontaminasi. Sekarang tes
untuk antibodi untuk hepatitis E telah tersedia, studi epidemologi akan sangat
terfasilitasi
Hepatitis E telah jarang ditemukan di Amerika Serikat, tetapi
berhubungan dengan epidemic dari air yang terkontaminasi di Asia, Afrika, dan
Republik Soviet. Di Amerika Serikat, hepatitis E harus dipertimbangkan pada
beberapa orang yang telah melakukan perjalanan keluar negeri dan mempunyai
gejala virus hepatitis tetapi serologic negative untuk virus hepatitis lain.
5.
Gambaran
klinis
Gambaran klinis hepatitis virus dapat berkisar dari asimtomatik
sampai penyakit mencolok, kegagalan hati dan kematian. Terdapat tiga stadium
pada semua jenis hepatitis: stadium prodromal, stadium ikterus, dan periode
kovalensasi (pemulihan)
1.
Stadium prodromal,
disebut periode praikterus, dimulai setelah periode masa tunas virus selesai
dan pasien mulai memperlhatkan tanda-tanda penyakit. Stadium ini disebut
praikterus karena ikterus belum muncul. Individu akan sangat infeksius pada
stadium ini. Antibody terhadap virus biasanya belum dijumpai. Stadium ini
berlangsung 1-2 minggu ditandai oleh :
o Malese umum
o Rasa lelah
o
Gejala-gejala infeksi saluran napas atas
o Mialgia (nyeri otot)
o Keengganan terhadap sebagian besar makanan
2.
Stadium ikterus adalah
stadium kedua hepatitis virus, dan dapat berlangsung 2-3 minggu atau lebih.
Pada sebagian besar orang, stadium ini ditandai oleh, seperti diisyaratkan oleh
namanya, timbulnya ikterus. Manifestasi lain adalah :
o Memburuknya semua gejala yang ada pada stadium
prodormal
o Pembesaran dan nyeri hati
o Splenimogali
o Mungkin gatal (pruritus) di
kulit
3.
Stadium pemulihan dalah
stadium ketiga hepatitis virus dan biasanya timbul dalam4 bulan untuk hepatitis
B dan C dan dalan 2-3 bulan untuk hepatitis A. Selama periode ini :
o Gejala-gejala mereda, termasuk ikterus
o Nafsu makan pulih
2.6 Patofisiologi
Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan
dan infiltrat pada hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan
degrenerasi dan nekrosis sel perenchyn hati.
Respon peradangan menyebabkan pembekakan dalam memblokir sistem
drainage hati, sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadi
statis empedu (biliary) dan empedu tidak dapat diekresikan kedalam kantong
empedu bahkan kedalam usus, sehingga meningkat dalam darah sebagai
hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen dan kulit hapatoceluler
jaundice.
Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik
samapi dengan timbunya sakit dengan gejala ringan. Sel hati mengalami
regenerasi secara komplit dalam 2 sampai 3 bulan lebih gawat bila dengan
nekrosis hati dan bahkan kematian. Hepattis dengan sub akut dan kronik dapat
permanen dan terjadinya gangguan pada fungsi hati. Individu yang dengan kronik
akan sebagai karier penyakit dan resiko berkembang biak menjadi penyakit kronik
hati atau kanker hati.
1. Pemeriksaan Diagnostik
1.
Tes fungsi hati :
abnormal (4-10 kali dari normal). Catatan : merupakan batasan nilai untuk
membedakan hepatitis virus dengan nonvirus
2. AST(SGOT atau ALT(SGPT) :
awalnya meningkat. Dapat meningkat satu sampai dua minggu sebelum ikterik
kemudian tampak menurun
3. Darah lengkap : SDM menurun
sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati atau mengakibatkan
perdarahan)
4. Leucopenia :
trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
5. Diferensial darah lengkap :
lekositosis, monositosis, limfosit atipikal, dan sel plasma
6. Alkali fosfatase : agak
meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
7.
Fesses : warna tanak
liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
8.
Albumin serum : menurun
9.
Gula darah :
hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fusngsi hati)
10.
Anti-HAV IGM : Positif
pada tipe A
11.
HBSAG : dapat positif
(tipe B) atau negative (tipe A). catatan : merupakan diagnostic sebelum terjadi
gejala kinik
12.
Massa protrombin : mungkin memanjang
(disfungsi hati)
13.
Bilirubin serum : diatas 2,5 mg/100mm (bila
diatas 200mg/mm, prognosis buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan
nekrosis seluler)
14.
Tes eksresi BSP : kadar darah meningkat
15.
Biaosi hati : menentukan diagnosis dan
luasnya nekrosis
16.
Scan hati : membantu dalam perkiraan beratnya
ketrusakan parenkim
17.
Urinalisa : peninggian
kadar bilirubin;protein/hematuria dapat terjadi
2.8 Penatalaksanaan
Pengobatan hepatitis virus terutama bersifat suportif dan
mencangkup :
o Istirahat sesuai keperluan
o Pendidikan mengenai menghindari pemakaian
alcohol atau obat lain
o
Pendidikan mengenai cara penularan kepada
mitra seksual dan anggota keluarga
o Keluarga dan pasien
hepatitis ditawarkan untuk menerima gama globulin murni yang spesifik terhadap
HAV atau HBV yang dapat memberikan imunitas pasif terhadap infeksi.Imunitas ini bersifet sementara
o Baru-baru ini FDA memberikan izin untuk
penberian vaksin hepatitis A. vaksin ini dibuat dari virus hepatitis inaktif.
Penelitian-penelitian menunjukan bahwa vaksin ini 96% efektif setelah pemberian
satu dosis.
o Tersedia vaksin untuk HBV, Karena sifat virus
yang sangat menular dan berpotensi menyebabkan kematian, maka sangat dianjurkan
bahwa semua individu yang termasuk dikelompoknya beresiko tinggi, termasuk para
tenaga keshatan atau orang-orang yang terpajan ke produk darah, vaksinasi. Yang
juga dianjurkan untuk divaksinasi dalah orang-orang yang beresiko terhadap
virus, termasuk kaum homoseksual atau heteroseksual yang aktif secara seksual,
pecandu oabat bius, dan bayi.
o Vaksinasi terhadap HBV dihasilkan melalui
penyuntikan intramuskulus DNA rekombinaan sebanyak tiga kali pada interval
–interval yang telah ditentukan. Dosis pertama dan kedua diberikan terpisah
satu bulan, dan dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah dosis ke dua. Vaksinasi
ini 85% efektif dalam membentuk kekebalan.
2.9 Komplikasi
Komplikasi hepatitis adalah timbulnya hepatitis kronik yang
terjadi apabila individu terus memperlihatkan gejala dan antigen virus
menetapkan lebih dari 6 bulan. Gambaran klinis hepatitis aktif kronik atau
fulminan mungkin mencengkup gambaran kegagalan hati diatas, dengan kematian
timbul dalam 1 minggu sampai beberapa tahun kemudian.
2.10 ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HEPATITIS
1. Pengkajian
1. Keluhan Utama
o Penderita datang untuk
berobat dengan keluhan tiba-tiba tidak nafsu makan, malaise, demam (lebih sering pada HVA). Rasa pegal linu dan sakit
kepala pada HVB, dan hilang daya rasa lokal untuk perokok.
2. Pengkajian Kesehatan
a. Aktivitas
o Kelemahan
o Kelelahan
o Malaise
b. Sirkulasi
o Bradikardi (hiperbilirubin berat)
o
Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
c. Eliminasi
o Urine gelap
o Diare feses warna tanah liat
d. Makanan dan Cairan
o Anoreksia
o Berat badan menurun
o Mual dan muntah
o Peningkatan oedema
o Asites
e. Neurosensori
o Peka terhadap rangsang
o Cenderung tidur
o Letargi
o Asteriksis
f. Nyeri / Kenyamanan
o Kram abdomen
o Nyeri tekan pada kuadran kanan
o Mialgia
o Atralgia
o Sakit kepala
o Gatal (pruritus)
g. Keamanan
o Demam
o Urtikaria
o Lesi makulopopuler
o Eritema
o Splenomegali
o Pembesaran nodus servikal posterior
o
h. Seksualitas
o
Pola hidup / perilaku meningkat resiko
terpajan
Diagnosa Keperawatan
1.
Perubahan nutrisi:
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan masukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolik: anoreksia, mual/muntah dan gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan: penurunan peristaltik (refleks viseral), empedu
tertahan.
2.
Gangguan rasa nyaman
(nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan
bendungan vena porta.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
pengumpulan cairan intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi
sekret.
Intervensi Keperawatan
1.
Diagnosa Keperawatan 1 :
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan masukan
untuk memenuhi kebutuhan metabolik: anoreksia, mual/muntah dan gangguan
absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan: penurunan peristaltik (refleks
viseral), empedu tertahan.
Kriteria Hasil :
o Pasien akan menunjukkan perilaku perubahan pola
hidup untuk meningkatkan/mempertahankan berat badan yang sesuai.
o
Pasien akan menunjukkan peningkatan berat
badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium dan bebas tanda malnutrisi.
Intervensi :
o Awasi pemasukan diet/jumlah
kalori. Berikan
makan sedikit dalam frekuensi sering dan tawarkan makan pagi paling besar.
o
Berikan perawatan mulut sebelum makan.
o
Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
o
Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat
dan permen berat sepanjang hari.
o
Konsultasikan pada ahli diet, dukungan tim
nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan pasien, dengan masukan lemak dan
protein sesuai toleransi.
o Awasi glukosa darah.
o Berikan obat sesuai indikasi
o Berikan tambahan makanan/nutrisi dukungan total
bila dibutuhkan.
2.
Diagnosa Keperawatan 2 :
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati
dan bendungan vena porta.
Kriteria Hasil :
o Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku
dalam nyeri (tidak meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)
Intervensi :
o Kolaborasi dengan individu untuk menentukan
metode yang dapat digunakan untuk intensitas nyeri.
o Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon
klien terhadap nyeri
o Berikan informasi akurat dan jelaskan penyebab
nyeri, berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui.
o
Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang
tak mengandung efek hepatotoksi.
3. Diagnosa Keperawatan 3 :
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen,
asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
Kriteria Hasil :
o Pola nafas adekuat
Intervensi :
o
Awasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
o Auskultasi bunyi nafas tambahan
o Berikan posisi semi fowler
o
Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
o Berikan oksigen sesuai kebutuhan
BAB II
KASUS
Tn.A 32 tahun, datng ke UGD Rs SEJAHTERA dengan keluhan
rasa ngilu seluruh badan, demam, lemas, mual, muntah, TD 120/80, HR 80x/menit,
RR 20x/menit, suhu 39c. riwayat minum alcohol + selam 7 tahun lalu, riwayat
merokok +, ikterik +, hasil lab HB 10,5, HT 32, leukosit 14800, trombosit
213000, bilirubin direct 6,5 , bilirubin indirect 5,3 , bilirubin total 8,5
Tugas :
1.
Buat data tambahan
2.
Analisa data
3.
Buat 3 dx keperawatan
berdasrkan prioritas
4.
Buat intervensi dan
rasional pada masing2 dx minimal 5
5.
Buat evaluasi tiap dx
JAWAB:
1.
Data
tambahan
o Warna urin gelap
o Warna feses seperti dempul
o Anoreksia
o Asites
o Gatal seluruh badan (pruritus)
o Albumin 29 g/l
o
Nyeri tekan pada kuadran kanan atas
2.
Analisa
Data
Ds :
o Klien mengatakan nyeri seluruh badan
o Klien mengatakan demam
o Klien mengatakan mual, muntah
o Riwayat minum alcohol selama 7 tahun
o Riwayat merokok
o Riwayat ikterik
Do :
TTV :
o TD = 120/80
o HR = 80x/menit
o RR = 20 x/menit
o S = 39 0C
Hasil Lab :
o Hb = 10,5
o Ht = 32
o Leukosit = 14800
o Trombosit = 21300
o Bilirubin direk = 6,5
o Bilirubin indirect = 5,3
o Bilirubin total = 8,5
No
|
DS +DO
|
Masalah
|
Etiologi
|
1
|
DS :
o Klien mengatakan lemas
o Klien mengatakan ngilu seluruh badan
DO : -
DT :
o Asites
o
Nyeri tekan pada kuadran kanan atas
|
Intoleransi Aktivitas
|
Kelemahan Fisik
|
2
|
DS :
o Klien mengatakan mual muntah
DO :
o Bilirubin direk 6,5
o Bilirubin indirect 5,3
o Bilirubin total 8,5
DT :
o Warna urin gelap
o Warna feses seperti tanah liaat
o Anoreksia
o
Nyeri tekan pada kuadran kanan atas
|
Resiko Nutrisi
Kurang dari Kebutuhan Tubuh
|
Kegagalan
masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik
|
3
|
DS :
o Demam
DO :
o Suhu = 390C
o Leukosit 14800
DT :
|
Resiko Infeksi
|
Pertahanan primer tidak adekuat
|
3.
Diagnosa
Keperawatan
1.
Resiko nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b.d kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolic
2.
Intoleransi aktivitas
b.d Kelemahan fisik
3.
Resiko Infeksi b.d pertahanan primer
tidak adekuat
4.
Intervensi
dan Rasional
1.
Resiko Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolic
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Selma 7 x
24 jam, masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi.
Kriteria Hasil :
o Klien tidak mengatakan mual muntah
o Bilirubin direk
o Bilirubin indirect
o Bilirubin total 0,25 – 1 mg/dl
o Warna urin kuning jernih
o Warna feses kuning kecoklatan
o Anoreksia teratasi
Intervensi
1.
Awasi pemasukan diet / jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam
frekuensi sering dan tawarkan makan pagi paling banyak
Rasional : makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien
anoreksi. Anoreksi juga paling
buruk selama siang hari, membuat masukan makanan yang sulit pada sore hari
2.
Kolaborasi :
Konsul pada ahli diet,
dukung tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan pasien, dengan
masukan lemak dan protein sesuai toleransi
Rasional : bila toleran, masukan normal atau lebih
protein akan membantu regenerasi hati. Pembatasan protein diindikasikan pada
penyakit berat( contoh hepatitis kronis) karena akumulasi pada produk akhir
metabolism protein dapat mencetuskan hepatic ensefalopati.
3.
Berikan obat terapi
steroid, contoh prednisone (deltasone) tunggal atau kombinasi dengan azatioprin
(imuran).
Rasional : Steroid dapat
menurunkan aminotransferase serum dan kadar bilirubin, tetapi tidak
mempengaruhi nekrosis hati atau regenerasi. Kombinasi terapi mempunyai efek
samping lebih sedikit.
4.
Berikan obat antimetik,
contoh metalopramide (raglan): trimetobenzamit (tigan).
Rasional : diberikan
setengah jam sebelum makan, dapat menurunkan mual dan meningkatkan toleransi
pada makanan.
5.
Berikan tambahan makanan
/ nutrisi dukungan total bila dibutuhkan.
Rasional : mungkin perlu
untuk memenuhi kebutuhan kalori bila tanda kekurangan terjadi/ gejala memanjang
2.
Intoleransi aktivitas
b.d Kelemahan fisik
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7
x 24 jam masalah intoleransi aktivitas teratasi
Kriteria Hasil :
o Klien tidak mengatakan lemas
o
Klien tidak mengatakan ngilu seluruh badan
o Asites teratasi
o
Nyeri tekan pada kuadran kanan atas teratasi
Intervensi
1.
Tingkatkan tirah baring/
duduk. Berikan lingkungan tenang: batasi pengunjung sesuai keperluan
Rasional : Meningkatkan
istirahat dan ketenangan. Menyediakan energy yang digunakan untuk penyembuhan.
2.
Ubah posisi dengan
sering
Rasional : Meminimalkan tekanan pada area tertentu
3.
Lakukan tugas dengan
cepat dan sesuai toleransi
Rasional : Memungkinkan
periode tambahan istirahat tanpa gangguan
4. Awasi terulangnya anoreksia
dan nyeri tekan pembesaran hati
Rasional : Memerlukan
istirahat lanjut, mengganti program terapi
5.
Kolaborasi :
Berikan antidote/ bantu
dalam procedure sesuai indikasi (contoh lavase, katersis, hiperventilasi)
tergantung pada pemajanan
Rasional : Membuang agen pada hepatitis toksik dapat
membatasi derajat kerusakan jaringan
3.
Resiko Infeksi b.d pertahanan primer
tidak adekuat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawtan selama
3x24 jam, masalah infeksi teratasi
Kriteria Hasil :
o Demam teratasi
o Suhu 36-370C
o Leukosit 6000-9000
Intervensi
1.
Lakukan teknik isolasi
untuk infeksi enteric dan pernafasan sesuai kebijakan rumah sakit: termasuk
cuci tangan efektif
Rasional : mencegah
transmisi penyakit virus ke orang lain. Melalui cuci tangan efektif dalam
mencegah transmisi virus.
2.
Membatasi pengunjung
sesuai indikasi
Rasional : Pasien
terpajan terhadap proses infeksi (khususnya respiratorius) potensial resiko
komplikasi sekunder.
3. Jelaskan prosedur isolasi
kepada pasien/ orang terdekat
Rasional : pemahaman alas an untuk perlindungan diri
mereka sendiri dan orang lain dapat mengurangi perasaan isolasi dan stigma.
Isolasi dapat berakhir 2-3 minggu dari timbulnya penyakit, tergantung pada tipe
atau lamanya gejala
4. Berikan informasi tentang adanya
gamma globulin, ISG, HBig, Vaksin hepatitis B (recombivax HB, engerix-B)
melalui departemen kesehatan atau dokter keluarga.
Rasional : efektif dalam mencegah hepatitis virus pada
orang yang terpajan tergantung tipe hepatitis da periode inkubasi
5. Berikan obat sesuai
indikasi antibiotic tepat untuk agen pencegahan (contoh gram negative, bakteri
anaerob) atau proses sekunder.
Rasional : pengobatan
hepatitis bacterial atau untuk mencegah/ membatasi infeksi sekunder
5. Evaluasi
Dx1:Resik Nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b.d kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolic
o Klien tidak mengatakan mual muntah
o Bilirubin direk
o Bilirubin indirect
o Bilirubin total 0,25 – 1 mg/dl
o Warna urin kuning jernih
o Warna feses kuning kecoklatan
o Anoreksia teratasi
S: - Klien mengatakan mual muntah tidak ada
O: - bilirubin direk=
o Bilirubin indirek=
o Bilirubin total=0,25-1 mg/dl
o
Klien menghabiskan porsi makan yang diberikan
o Warna fesses kuning kecoklatan
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
Dx2: Intoleransi aktivitas
b.d Kelemahan fisik
S: - klien mengatakan keadaannya mulai membaik
o Klien mengatakan ngilu diseluruh badab sudah hilang
o
Klien mengatakan nyeri tekan pada kuadran
kanan atas = 0
O: - klien tampak segar
o Asites (-)
A: masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
Dx3: resiko Infeksi b.d pertahanan primer tidak
adekuat
Kriteria Hasil :
o Demam teratasi
o Suhu 36-370C
o Leukosit 6000-9000
S: -
O: - suhu= 36-370c
-leukosit=6000-9000
-tidak ada tanda-tanda
infeksi
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada teori dan kasus di
atas, tidak terdapat banyak perbedaan yang ditimbulkn dari gejala klinis,
patofisiologis dan lain-lain. Pada kasus didapatkan data klien dengan keluhan rasa ngilu
seluruh badan, demam, lemas, mual, muntah, hal ini serupa dengan gejala klinis
yang mungkin timbul pada teori hepatitis. Ngilu, nyeri pada kuadran kanan atas,
anoreksia dan mual muntah merupakan bentuk ketidak yamanan dari manifestasi
akibat inflamasi hepar yang menyebabkan peregangan hati.ketidak nyamanan di
atas juga mempengaruhi denyut nadi klien yang menjadi meningkat. Demam
merupakan salah satu bentuk manifestasi dari proses inflamasi hepar. lemas,
merupakan manifestasi dari peoses penyakit akibat terjadinya inflamasi pada
hepar yang menimbulkan gangguan suplai darah normal ke sel-sel hepar yang
mengakibatkan kerusakan parenkim, sel hati, dan duktuli empedu inhaperatik yang
akan mengganggu metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sehingga timbul
kelemahan/keletihan. Bentuk respon lain dari proses inflamasi pada hepar yang
timbul pada kasus antara lain, adanya demam, peningkatan suhu, dan peningkatan
leukosit. Gangguan metabolisme pada klien ditandai dengan ikterik, dan berbagai
pemeriksaan bilirubin yang dilakukan. Pada kasus dapat disimpulkan bahwa klien
bukan mengalami hepatitis virus melainkan hepatitis non virus yang dibuktikan
dengan adanya riwayat mengkonsumsi alkohol lenih dari 7 tahun dan merokok.
Berdasarkan data-data di atas kelompok sepakat mengambil
diagnosa utama yaitu resiko perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan karena .nutrisi merupakan hal terpenting dalam tubuh manusia, gangguan
nutrisi sangat berpengaruh terhadap kerja metabolism tubuh hal ini akan
memperparah keadaan apabila tidak segera diatasi. Diagnosa selanjutnya yang
kelompok ambil adalah intoleransi
aktivitas b.d kelemahan fisik karena apabila klien mengalami intoleransi aktivitas
otomatis klien tidak dapat melakukan aktivitas yang biasa dia lakukan untuk
memenuhi kebutuhan maka dari itu kami mengangkat diagnose ini sebagai diagnose
ke dua. Dan diagnosa ketiga yang dapat ditarik yaitu resiko infeksi b.d pertahana primer tidak
adekuat karena data-data tnda infeksi belum kita temukan secara
lengkap oleh sebab itu kelompok meletakkan diagnose itu sebagai diagnose ketiga
Untuk intervensi pada diagnosa pertama, kelompok sepakat
untuk melakukan tindakan yangmenetapkan prinsip menjaga keseimbangan nutrisi klien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi kilen,dan pada diagnosa kedua
perinsip intervensi yang harus dilakukan adalah memberikan latihan fisik untuk mencegah terjadinya atropi
pada otot, dan memberikan latihan mandiri klien untuk melakukan aktivitas
sehari-hari. Pada
diagnosa ketiga, kita dapat mencagah
timbulnya tanda-tanda infeksi lebih lanjut dan memberikan kolaborasi obat
antibiotik untuk
dapat menanganni masalah di atas.
BAB V
KESIMPULAN dan SARAN
1.
Kesimpulan.
Hepatitis merupakan persoalan kesehatan masyarakat yang perlu
segera ditanggulangi, mengingat prevalensi yang tinggi dan akibat yang
ditimbulkan hepatitis. Penularan hepatitis terjadi melalui kontak dengan darah
/ produk darah, saliva, semen, alat-alat yang tercemar hepatitis dan inokulasi
perkutan dan subkutan secara tidak sengaja. Penularan secara parenteral
dan non parenteral serta vertikal dan horizontal dalam keluarga atau
lingkungan. Resiko untuk terkena hepatitis di masyarakat berkaitan dengan
kebiasaan hidup yang meliputi aktivitas seksual, gaya hidup bebas, serta
pekerjaan yang memungkinkan kontak dengan darah dan material penderita.
Pengendalian penyakit ini lebih dimungkinkan melalui pencegahan dibandingkan
pengobatan yang masih dalam penelitian. Pencegahan dilakukan meliputi
pencegahan penularan penyakit dengan kegiatan Health Promotion dan Spesifik
Protection, maupun pencegahan penyakit dengan imunisasi aktif dan pasif.
Setelah hepatitis virus akut, sejumlah kecil
pasien akan mengalami hepatitis agresif atau kronik aktif dimana terjadi
kerusaklaan hati seperti digerogoti ( piece meal ) dan berkembang sirosis.
Kondisi ini dibedakan dari hepatitis kronik persisten dengan biopsy hati.
Terapi kortikosteroid dapat memperlambat perluasan cedera hati, namun prognosis
tetap buruk. Kematian biasanya terjadid alam 5 tahun akibat gagal ginjal atau
komplikasi sirosis. Hepatitis kronik aktif dapat berkembang pada hampir 50 %
pasien dengan HCV; sedangkan troporsinya pada penderita HBV jauh lebih kecil (
sekitar 1 – 3 %). Sebaiknya hepatitis kronik umumnya tidak menjadi komplikasi
dari HAV atau HEV. Tidak semua kasus hepatitis kronik aktif terjadi menyusul
hepatitis virus akut. Obat-obatan yang dapat terlibat dalam patogenesis
kelainan ini termasuk alfametildopa ( aldomet, isoniazid, sulfonamide dan
aspirin).
2.
Saran
Untuk menghadapi penyakit yang belum ditemukan obatnya seperti
hepatitis ini, tindakan pencegahan adalah pilihan utama kita. Setelah membaca
dan mengetahui cara penularanya, sebetulnya kita semua sudah mengerti apa yang
harus kita kerjakan supaya terhindar dari penyakit menahun ini. Karena jalur
penularan terutama lewat suntikan, maka setiap kali disuntik harus yakin bahwa
jarumnya steril. Yang praktis adalah penggunakan jarum baru atau disposibel (
sekali pakai buang). Dan yang paling penting adalah melakukan vaksinasi, vaksin
merupakan suatu zat ( antigen) yang jika disuntikan ke dalam tubuh kita dapat
merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan zat anti ( antibody)
terhadap antigen tersebut.
Sebaiknya bagi penderita hepatitis segera
mendapatkan perawatan secepatnya agar tidak bertambah parah hingga menyebabkan
kanker hati. Dan perawat harus memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan
keluarga klien yang belum megetahui bahaya dan cara pencegahan hepatitis sedini
mungkin.
Daftar Pustaka
Daft Chandrasoma,
parakrama. 2006. Patologi Anatomi. Jakarta:Buku Kedokteran EGC.
Doenges, Marilynn E.
2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:Buku Kedokteran EGC.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke
Sistem. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer, suzzane C.
2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 2 Jakarta:Buku Kedokteran EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar