Kamis, 30 April 2015

ASKEP HEPATITIS

ASKEP HEPATITIS


BAB I
PENDAHULUAN

1.   Latar Belakang

Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada sel- sel hati yang menghasilakan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta seluler yang khas. Sampai saat ini telah teridentifikasi lima tipe hepatitis virus yang pasti: hepatitis A, B, C, D, E. Hepatitis A dan E mempunyai cara penularan yang serupa ( jalur fekal – oral ) sedangkan hepatitis B, C, dan D memilki banyak karateristik yang sama.
Hepatitis kemungkinan terjadi sebagai infeksi sekunder selama perjalanan infeksi dengan virus-virus lainnya, seperti :
o    Cytomegalovirus
o    Virus Epstein-Barr
o    Virus Herpes simplex
o    Virus Varicella-zoster
Klien biasanya sembuh secara total dari hepatitis, tetapi kemungkinan mempunyai penyakit liver residu. Meskipun angka kematian hepatitis relatif lama, pada hepatitis virus akut bisa berakhir dengan kematian.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa dapat mengetahui masalah tentang hepatitis dan asuhan keperawatan pada klien dengan hepatitis.

1.2.2 Tujuan Khusus
Secara khusus “ Hepatitis “ ini disusun supaya:
1.   Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian, etiologi, klasifikasi, manisfestasi klinis,patofisiologi, pemeriksaan penunjang,penatalaksanaan, serta proses keperawatan.
2.   Mahasiswa dapat mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien dengan hepatitis.
3.   Mahasiswa dapat mengidentifikasi pendidikan kesehatan yang diperlukan pada pasien yang dirawat dengan keluhan hepatitis.
4.   Agar makalah ini dapat menjadi bahan ajar bagi mahasiswa lainnya tentang berbagai hal yang berhubungan dengan hepatitis.


BAB II
KONSEP DASAR

2.1 Definisi
Hepatitis adalah penyakit peradangan hati yang dapat disebabkan oleh berbagai kausa, termasuk infeksi virus atau pajana ke bahan – bahan toksik. Pada hepatitis virus, Peradangan hati yang berkepanjangan atau berulang, yang biasanya berkaitan dengan alkoholisme kronik, dapat menyebabkab sirosis, suatu keadaan berupa penggantian hepatosit yang rusak secara permanen oleh jaringan ikat. Jaringan hati memiliki kemampuan mengalami regenerasi, dan dalam keadaan normal mengalami pertukaran sel yang bertahap. Apabila sebagian jaringan hati rusak, jaringan yang rusak tersebut dapat diganti melalui peningkatan kecepatan pembelahan sel – sel yang sehat. Tampaknya terdapat suatu faktor dalam darah yang bertanggung jawab mengatur proliferasi sel hati, walaupun sifat dan mekanisme factor pengatur ini masih merupakan misteri. Namun, seberapa cepat hepatosit dapat diganti memiliki batas. Selain hepatosit, di antara lempeng – lempeng hati juga ditemukan beberapa fibroblast ( sel jaringan ikat ) yang membentuk jaringan penunjang bagi hati. Bila hati berulang – ulang terpajan ke bahan – bahan toksik, misalnya alcohol, sedemikian seringnya, sehingga hepatosit baru tidak dapat beregenerasi cukup cepat untuk mengganti sel – sel yang rusak, fibroblast yang kuat akan memanfaatkan situasi dan melakukan proliferasi berlebihan. Tambahan jaringan ikat ini menyebabkan ruang untuk pertumbuhan kembali hepatosit berkurang.
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999). Hepatitis adalah peradangan dari sel-sel liver yang meluas/ menyebar , hepatitis virus merupakan jenis yang paling dominan. Luka pada organ liver dengan peradangan bisa berkembang setelah pembukaan untuk sejumlah farmakologi dan bahan kimia dari inhalasi, ingesti, atau pemberian obat secara parenteral (IV) . Toxin dan Drug induced Hepatitis merupakan hasil dari pembukaan atau terbukanya hepatotoxin, seperti : industri toxins, alkohol dan pengobatan yang digunakan dalam terapi medik.
Istilah "Hepatitis" dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (liver). Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat-obatan, termasuk obat tradisional. Virus hepatitis juga ada beberapa jenis, hepatitis A, hepatitis B, C, D, E, F dan G. Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa akut ( hepatitis A ) dapat pula hepatitis kronik (hepatitis B,C) dan adapula yang kemudian menjadi kanker hati ( hepatitis B dan C ). hepatitis  yang biasanya disebabkan oleh obat-obatan, alkohol (hepatitis alkoholik), dan obesitas serta gangguan metabolisme yang menimbulkan nonalkoholik steatohepatitis (NASH) disebut Hepatitis Nonvirus.
2.2 Epidemologi
Insiden hepatitis virus yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit tersebut penting karena mudah ditularkan, memiliki morbiditas yang tinggi dan menyebabkan penderitanya absen dari sekolah atau pekerjaan untuk waktu yang lama. 60% sampai 90% kasus–kasus hepatitis virus diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan. Keberadaan kasus-kasus subklinis, ketidakberhasilan untuk mengenali kasus–kasus yang ringan dan kesalahan diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang dari keadaan sebenarnya. Meskipun kurang lebih 50% orang dewasa di Amerika Serikat telah memilki antibodi terhadap virus hepatitis A, banyak orang tidak mengingat kembali episode atau kejadian sebelumnya yang memperlihatkan gejala hepatitis
2.3 etiologi
1. Virus hepatitis A, B, C, D, E dan G yang masing-masing menyebabkan tipe hepatitis yang berbeda.
2. Alkohol
3. Keracunan Obat-obatan



2.4 Klasifikasi
1.   Virus Hepatitis yang Ditularkan secara Parenteral dan Seksual
Hepatitis B
Hepatitis B adalah virus yang sering dipelajari karena dapat diuji, prevalensi dari penyakit. Morbiditas dan mortalitas berhubungan dengan penyakit.
Infeksi hepatitis B terdapat diseluruh dunia, menyebabkan 250.000 kematian per tahun. Sejak 1982, vaksin efektif dari hepatitis B tersedia dan adanya kampanye penurunan penyakit akan memungkinkan penurunan dampak penyakit ini di masa depan.
Penularan. Daerah dimana penyakit ini endemik ( Kutub, Afrika, Cina, Asia Selatan dan Amazon ), bentuk penularan yang sering adalah secara perinatal dari ibu terinfeksi pada bayinya. Di Negara berkembang dengan prevalensi penyakit lebih rendah, rute utama penularan adalah seksual dan parenteral. Di Amerika Serikat, populasi risiko tinggi meliputi laki – laki homoseksual, pengguna obat intravena, petugas perawatan kesehatan dan mereka yang mendapat transfusi darah.
Patofisiologi. Virus harus dapat masuk ke aliran darah dengan inokulasi langsung, melalui mebran mukosa atau merusak kulit untuk mencapai hati. Di hati, replikasi perlu inkubasi 6 minggu sampai 6 bulan sebelum penjamu mengalami gejala. Beberapa infeksi tidak terlihat untukmereka yang mengalami gejala, tingkat kerusakan hati, dan hubungannya dengan demam yang diikuti ruam, kekuningan, arthritis, nyari perut, dan mual. Pada kasus yang ekstrem, dapat terjadi kegagalan hati yang diikuti dengan ensefalopati. Mortalitas dikaitkan dengan keparahan mendekati 50%.
Infeksi primer atau tidak primer tampak secara klinis, sembuh sendiri dalam 1 sampai 2 minggu untuk kebanyakan pasien. Kurang dari 10% kasus, infeksi dapat menetap selama beberapa dekade. Hepatitis B dipertimbangkan sebagai infeksi kronik pada saat pasien mengalami infeksi sisa pada akhir 6 bulan. Komplikasi berhubungan dengan hepatitis kronik dapat menjadi parah, dengan kanker hati, sirosis dan asites terjadi dalam beberapa tahun sampai dengan puluhan tahun setelah infeksi awal.
Diagnosis. Tes serologik untuk hepatitis akan member informasi diagnostik dan informasi tentang tingkat penularandan kemungkinan tahap penyakit. Tes dilakukan langsung berhubungan dengan virus dan antibodi yang dihasilkan penjamu dalam merespons protein tersebut. Virus mempunyai inti dan bagian luar sebagai pelindung. Protein behubungan dengan bagian antigen inti dan antigen permukaan. Tes laboratorium untuk antigen inti tidak tersedia, tetapi antigen permukaan sering menunjukan HBsag, yang dapat didetekasi, dalam beberapa minggu awal infeksi. Peningkatan titer selama beberapa minggu dan juga terjadi penurunan pada tingkat yang tidak dapat dideteksi. Adanya HBsag menadakan infeksi saat itu dan tingkat penularan relative tinggi. Antigen lain yang merupakan bagian dari virus disebut e antigen ( HBeag ). HBeag adalah penanda ketajaman yang sangat sensitive karena dapat dideteksi dalam perkiraan terdekat pada waktu penyakit klinis dan pada saat di mana tampak risiko menjadi lebih besar untuk menular.
Vaksin. Vaksin hepatiis B dihasilkan dengan menggunakan antigen hepatitis B untuk menstimulasi produksi antibodi dan untuk memberikan perlindungan terhadap infeksi, keamanan, dan keefektifannya mendekati 90% dari vaksinasi. Karena virus hepatitis B mudah ditularkan dengan jarum suntik di area perawatan kesehatan. Penurunan infeksi perinatal dan risiko penularan terjadi setelah kelahiran, vaksin hepatitis B diberikan secara rutin pada bayi setelah lahir. Vaksinasi individual ( yang sebelumnya tidak terinfeksi ) akan memiliki serologi hepetitis B yang positif hanya pada HBsab. Ini menjamin kekebalan yang dihasilkan olah vaksin yang dapat dibedakan dari produksi alami, saat inti antbodi juga ada.
Hepatitis C
Sampai saat ini, hepatitis Non- A, Non- B menunjukan gambaran virus hepatitis yang bukan hepatitis A, B atau agens penyebab lain. Banyak dari hepatitis Non- A, Non- B ditularkan melalui parenteral. Hal ini sebelumnya tidak diketahui dan virus ini juga tidak diketahui dan sekarang teridentifikasidan disebut hepatitis C. Kemudian, tes antibodi untuk memeriksa pasien terhadap agens ini telah tersedia.
Patofisiologi. Hepatitis C sekarang diperkirakan dapat menginfeksi sekitar 150.000 orang per tahun di Amerika Serikat. Hal ini dianggap menjadi penyakit yang ditularkan hampir selalu melalui transfusi darah. Namun, ada bukti bahwa virus ditularkan melalui cara perenteral lain ( menggunakan bersama jarun yang terkontaminasi oleh pengguna obat intravena dan tusukan jarum yang tidak disengaja dan cedera lain pada petugas kesehatan ). Terdapat bukti lanjut dimana virus ditularkan melalui kontak seksual.
Diagnosis. Tes serologik saat bisa dilakukan untuk mendeteksi virus hepatitis C dengan antibodi yang diinterpretasi secara terbatas. Banyak pasien yang memiliki gejala klinik dari virus hepatitis perlu dilakukan tes.
Tes fungsi hati digunakan untuk mendapat status hepatitis. Penyakit ini tidak terlalu dipahami pada saat ini, tapi peningakatan dan biasanya ditemukan penurunan berulang enzim hati. Dengan informasi ini dan tanda klinis lain, dipercaya bahwa sebanyak separuh dari semua pasien mengalami infeksi hepatitis C yang berkembang menjadi infeksi kronik. Hal ini telah menunjukan penyebab utama penyakit hati kronik dan sirosis di Amerika Serikat.
Penatalaksanaan. Saat ini, tidak diketahui terapi, vaksin atau agens profilaktik pasca pemajananyang diakui untuk hepatitis C. Petugas perawatan kesehatan harus mengikuti prinsip kewaspadaan umum untuk meminimalkan risiko penularan karena pekerjaan. Prinsip ini didasarkan pada pemahaman bahwa populasi yang terinfeksi adalah carrierpenyakit ini. Perhatian terhadap jarum dan kewaspadaan yang tepat harus digunakan pada semua pasien.
Hepatitis D
Hepatitis D adalah virus yang bergantung pada virus hepatitis B yang lebih kompleks untuk bertahan. Hepatitis D hanya merupakan risiko untuk mereka yang mempunyai antigen permukaan hepatitis B positif
Hepatitis D dicurigai ketika pasien sakit akut dengan gejala baru atau berulang dan sebelumnya telah mengalami hepatitis B atau sebagai carrier hepatitis B.
Tidak ada tindakan spesifik untuk hepatitis. Pencegahan untuk virus ini dicapai sebagai keuntungan sekunder dari vaksin hepatitis B. Perilaku preventif terhadap virus darah ini ( tidak menggunakan jarum bergantian dan menggunakan kondom pada saat berhubungan seksual ) harus ditekankan pada orang yang terinfeksi hepatitis B yang tidak terinfeksi hepatitis D.
2.   Virus hepatitis yang Ditularkan melalui Rute Fekal – Oral
Hepatitis A
Hepatitis A adalah virus yang hampir selalu ditularkan melalui rute fekal – oral. Virus ini menimbulkan hepatitis akut tanpa keadaan kronik atau menetap seperti yang ditunjukan oleh virus hepatitis darah.
Pada anak,penyakit ini sering tidak dikenali atau tampak dengan keluhan tidak parah. Gejala lebih terlihat pada orang dewasa dan dapat berupa kelemahan sampai dengan demam, ikterik, mual dan muntah. Penyakit ini baisanya berlangung 1 sampai 3 minggu. Pasien jarang membutuhkan perawatan di rumah sakit dan pada saat gejala timbul, sangat kecil kemungkinan menular pada orang lain.
Karena dapat ditularkan dengan makanan dan air yang terkontaminasi, hepatitis A dapat menjadi potensi epidemic di Negara dengan penanganan yang buruk. Petugas penyiapan makanan yang terinfeksi mempunyai potensi penularan penyakit pada orang lain jika kebersihan diri tidak dilakukan dengan baik.
Tes antibodi hepatitis A yang tersedia mendeteksi IgM yang menunjukan infeksi akut atau yang baru terjadi.atau IgG yang menunjukan infeksi yang sudah sembuh.

Hepatitis E
Hepatitis E adalah infeksi virus yang menyebar melalui kontaminasi makanan dan air melalui jalur fekal – oral. Sampai dengan saat ini, infeksi disebut dengan hepatitis enteric Non- A Non- B. Diagnosa dibuat dengan menyingkirkan hepatitis A, B, dan C dan menentukan yang paling mungkin dari sumber makanan atau air yang terkontaminasi. Sekarang tes untuk antibodi untuk hepatitis E telah tersedia, studi epidemologi akan sangat terfasilitasi
Hepatitis E telah jarang ditemukan di Amerika Serikat, tetapi berhubungan dengan epidemic dari air yang terkontaminasi di Asia, Afrika, dan Republik Soviet. Di Amerika Serikat, hepatitis E harus dipertimbangkan pada beberapa orang yang telah melakukan perjalanan keluar negeri dan mempunyai gejala virus hepatitis tetapi serologic negative untuk virus hepatitis lain.

5.   Gambaran klinis
Gambaran klinis hepatitis virus dapat berkisar dari asimtomatik sampai penyakit mencolok, kegagalan hati dan kematian. Terdapat tiga stadium pada semua jenis hepatitis: stadium prodromal, stadium ikterus, dan periode kovalensasi (pemulihan)
1.   Stadium prodromal, disebut periode praikterus, dimulai setelah periode masa tunas virus selesai dan pasien mulai memperlhatkan tanda-tanda penyakit. Stadium ini disebut praikterus karena ikterus belum muncul. Individu akan sangat infeksius pada stadium ini. Antibody terhadap virus biasanya belum dijumpai. Stadium ini berlangsung 1-2 minggu ditandai oleh :
o    Malese umum
o    Rasa lelah
o    Gejala-gejala infeksi saluran napas atas
o    Mialgia (nyeri otot)
o    Keengganan terhadap sebagian besar makanan
2.   Stadium ikterus adalah stadium kedua hepatitis virus, dan dapat berlangsung 2-3 minggu atau lebih. Pada sebagian besar orang, stadium ini ditandai oleh, seperti diisyaratkan oleh namanya, timbulnya ikterus. Manifestasi lain adalah :
o    Memburuknya semua gejala yang ada pada stadium prodormal
o    Pembesaran dan nyeri hati
o    Splenimogali
o    Mungkin gatal (pruritus) di kulit
3.   Stadium pemulihan dalah stadium ketiga hepatitis virus dan biasanya timbul dalam4 bulan untuk hepatitis B dan C dan dalan 2-3 bulan untuk hepatitis A. Selama periode ini :
o    Gejala-gejala mereda, termasuk ikterus
o    Nafsu makan pulih

2.6 Patofisiologi
Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat pada hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan degrenerasi dan nekrosis sel perenchyn hati.
Respon peradangan menyebabkan pembekakan dalam memblokir sistem drainage hati, sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadi statis empedu (biliary) dan empedu tidak dapat diekresikan kedalam kantong empedu bahkan kedalam usus, sehingga meningkat dalam darah sebagai hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen dan kulit hapatoceluler jaundice.
Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik samapi dengan timbunya sakit dengan gejala ringan. Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2 sampai 3 bulan lebih gawat bila dengan nekrosis hati dan bahkan kematian. Hepattis dengan sub akut dan kronik dapat permanen dan terjadinya gangguan pada fungsi hati. Individu yang dengan kronik akan sebagai karier penyakit dan resiko berkembang biak menjadi penyakit kronik hati atau kanker hati.
1.   Pemeriksaan Diagnostik
1.   Tes fungsi hati : abnormal (4-10 kali dari normal). Catatan : merupakan batasan nilai untuk membedakan hepatitis virus dengan nonvirus
2.   AST(SGOT atau ALT(SGPT) : awalnya meningkat. Dapat meningkat satu sampai dua minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun
3.   Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati atau mengakibatkan perdarahan)
4.   Leucopenia : trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
5.   Diferensial darah lengkap : lekositosis, monositosis, limfosit atipikal, dan sel plasma
6.   Alkali fosfatase : agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
7.   Fesses : warna tanak liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
8.   Albumin serum : menurun
9.   Gula darah : hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fusngsi hati)
10.                Anti-HAV IGM : Positif pada tipe A
11.                HBSAG : dapat positif (tipe B) atau negative (tipe A). catatan : merupakan diagnostic sebelum terjadi gejala kinik
12.                Massa protrombin : mungkin memanjang (disfungsi hati)
13.                Bilirubin serum : diatas 2,5 mg/100mm (bila diatas 200mg/mm, prognosis buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)
14.                Tes eksresi BSP : kadar darah meningkat
15.                Biaosi hati : menentukan diagnosis dan luasnya nekrosis
16.                Scan hati : membantu dalam perkiraan beratnya ketrusakan parenkim
17.                Urinalisa : peninggian kadar bilirubin;protein/hematuria dapat terjadi

2.8 Penatalaksanaan
Pengobatan hepatitis virus terutama bersifat suportif dan mencangkup :
o    Istirahat sesuai keperluan
o    Pendidikan mengenai menghindari pemakaian alcohol atau obat lain
o    Pendidikan mengenai cara penularan kepada mitra seksual dan anggota keluarga
o    Keluarga dan pasien hepatitis ditawarkan untuk menerima gama globulin murni yang spesifik terhadap HAV atau HBV yang dapat memberikan imunitas pasif terhadap infeksi.Imunitas ini bersifet sementara
o    Baru-baru ini FDA memberikan izin untuk penberian vaksin hepatitis A. vaksin ini dibuat dari virus hepatitis inaktif. Penelitian-penelitian menunjukan bahwa vaksin ini 96% efektif setelah pemberian satu dosis.
o    Tersedia vaksin untuk HBV, Karena sifat virus yang sangat menular dan berpotensi menyebabkan kematian, maka sangat dianjurkan bahwa semua individu yang termasuk dikelompoknya beresiko tinggi, termasuk para tenaga keshatan atau orang-orang yang terpajan ke produk darah, vaksinasi. Yang juga dianjurkan untuk divaksinasi dalah orang-orang yang beresiko terhadap virus, termasuk kaum homoseksual atau heteroseksual yang aktif secara seksual, pecandu oabat bius, dan bayi.
o    Vaksinasi terhadap HBV dihasilkan melalui penyuntikan intramuskulus DNA rekombinaan sebanyak tiga kali pada interval –interval yang telah ditentukan. Dosis pertama dan kedua diberikan terpisah satu bulan, dan dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah dosis ke dua. Vaksinasi ini 85% efektif dalam membentuk kekebalan.

2.9 Komplikasi
Komplikasi hepatitis adalah timbulnya hepatitis kronik yang terjadi apabila individu terus memperlihatkan gejala dan antigen virus menetapkan lebih dari 6 bulan. Gambaran klinis hepatitis aktif kronik atau fulminan mungkin mencengkup gambaran kegagalan hati diatas, dengan kematian timbul dalam 1 minggu sampai beberapa tahun kemudian.




2.10 ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HEPATITIS

1.   Pengkajian

1. Keluhan Utama
o    Penderita datang untuk berobat dengan keluhan tiba-tiba tidak nafsu makan, malaise, demam (lebih sering pada HVA). Rasa pegal linu dan sakit kepala pada HVB, dan hilang daya rasa lokal untuk perokok.
2. Pengkajian Kesehatan
a. Aktivitas
o    Kelemahan
o    Kelelahan
o    Malaise
b. Sirkulasi
o    Bradikardi (hiperbilirubin berat)
o    Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
c. Eliminasi
o    Urine gelap
o    Diare feses warna tanah liat
d. Makanan dan Cairan
o    Anoreksia
o    Berat badan menurun
o    Mual dan muntah
o    Peningkatan oedema
o    Asites
e. Neurosensori
o    Peka terhadap rangsang
o    Cenderung tidur
o    Letargi
o    Asteriksis
f. Nyeri / Kenyamanan
o    Kram abdomen
o    Nyeri tekan pada kuadran kanan
o    Mialgia
o    Atralgia
o    Sakit kepala
o    Gatal (pruritus)
g. Keamanan
o    Demam
o    Urtikaria
o    Lesi makulopopuler
o    Eritema
o    Splenomegali
o    Pembesaran nodus servikal posterior
o     
h. Seksualitas
o    Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan


Diagnosa Keperawatan
1.   Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik: anoreksia, mual/muntah dan gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan: penurunan peristaltik (refleks viseral), empedu tertahan.
2.   Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3.   Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.

Intervensi Keperawatan

1.   Diagnosa Keperawatan 1 : Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik: anoreksia, mual/muntah dan gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan: penurunan peristaltik (refleks viseral), empedu tertahan.

Kriteria Hasil :
o    Pasien akan menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan/mempertahankan berat badan yang sesuai.
o    Pasien akan menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium dan bebas tanda malnutrisi.

Intervensi :
o    Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering dan tawarkan makan pagi paling besar.
o    Berikan perawatan mulut sebelum makan.
o    Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
o    Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permen berat sepanjang hari.
o    Konsultasikan pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan pasien, dengan masukan lemak dan protein sesuai toleransi.
o    Awasi glukosa darah.
o    Berikan obat sesuai indikasi 
o    Berikan tambahan makanan/nutrisi dukungan total bila dibutuhkan.
2.   Diagnosa Keperawatan 2 : Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.

Kriteria Hasil :
o    Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)
Intervensi :
o    Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk intensitas nyeri.
o    Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
o    Berikan informasi akurat dan jelaskan penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui.
o    Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi.
3.   Diagnosa Keperawatan 3 : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.





Kriteria Hasil :
o    Pola nafas adekuat
Intervensi :
o    Awasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
o    Auskultasi bunyi nafas tambahan
o    Berikan posisi semi fowler
o    Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
o    Berikan oksigen sesuai kebutuhan

BAB II
KASUS

Tn.A 32 tahun, datng ke UGD Rs SEJAHTERA dengan keluhan rasa ngilu seluruh badan, demam, lemas, mual, muntah, TD 120/80, HR 80x/menit, RR 20x/menit, suhu 39c. riwayat minum alcohol + selam 7 tahun lalu, riwayat merokok +, ikterik +, hasil lab HB 10,5, HT 32, leukosit 14800, trombosit 213000, bilirubin direct 6,5 , bilirubin indirect 5,3 , bilirubin total 8,5
Tugas :
1.   Buat data tambahan
2.   Analisa data
3.   Buat 3 dx keperawatan berdasrkan prioritas
4.   Buat intervensi dan rasional pada masing2 dx minimal 5
5.   Buat evaluasi tiap dx
JAWAB:
1.   Data tambahan
o    Warna urin gelap
o    Warna feses seperti dempul
o    Anoreksia
o    Asites
o    Gatal seluruh badan (pruritus)
o    Albumin 29 g/l
o    Nyeri tekan pada kuadran kanan atas






2.   Analisa Data
Ds :
o    Klien mengatakan nyeri seluruh badan
o    Klien mengatakan demam
o    Klien mengatakan mual, muntah
o    Riwayat minum alcohol selama 7 tahun
o    Riwayat merokok
o    Riwayat ikterik
Do :
TTV :
o    TD = 120/80
o    HR = 80x/menit
o    RR = 20 x/menit
o    S = 39 0C
Hasil Lab :
o    Hb = 10,5
o    Ht = 32
o    Leukosit = 14800
o    Trombosit = 21300
o    Bilirubin direk = 6,5
o    Bilirubin indirect = 5,3
o    Bilirubin total = 8,5





No
DS +DO
Masalah
Etiologi
1
DS :
o    Klien mengatakan lemas
o    Klien mengatakan ngilu seluruh badan
DO : -
DT :
o    Asites
o    Nyeri tekan pada kuadran kanan atas
Intoleransi Aktivitas
Kelemahan Fisik
2
DS :
o    Klien mengatakan mual muntah
DO :
o    Bilirubin direk 6,5
o    Bilirubin indirect 5,3
o    Bilirubin total 8,5
DT :
o    Warna urin gelap
o    Warna feses seperti tanah liaat
o    Anoreksia
o    Nyeri tekan pada kuadran kanan atas
Resiko Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik
3
DS :
o    Demam
DO :
o    Suhu = 390C
o    Leukosit 14800
DT :
Resiko Infeksi
Pertahanan primer tidak adekuat

3.   Diagnosa Keperawatan

1.   Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolic
2.   Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan fisik
3.   Resiko Infeksi b.d pertahanan primer tidak adekuat


4.   Intervensi dan Rasional

1.   Resiko Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolic
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Selma 7 x 24 jam, masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi.
Kriteria Hasil :
o    Klien tidak mengatakan mual muntah
o    Bilirubin direk
o    Bilirubin indirect
o    Bilirubin total 0,25 – 1 mg/dl
o    Warna urin kuning jernih
o    Warna feses kuning kecoklatan
o    Anoreksia teratasi
Intervensi
1.   Awasi pemasukan diet / jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering dan tawarkan makan pagi paling banyak
Rasional : makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksi. Anoreksi juga paling buruk selama siang hari, membuat masukan makanan yang sulit pada sore hari
2.   Kolaborasi :
Konsul pada ahli diet, dukung tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan pasien, dengan masukan lemak dan protein sesuai toleransi
Rasional : bila toleran, masukan normal atau lebih protein akan membantu regenerasi hati. Pembatasan protein diindikasikan pada penyakit berat( contoh hepatitis kronis) karena akumulasi pada produk akhir metabolism protein dapat mencetuskan hepatic ensefalopati.
3.   Berikan obat terapi steroid, contoh prednisone (deltasone) tunggal atau kombinasi dengan azatioprin (imuran).
Rasional : Steroid dapat menurunkan aminotransferase serum dan kadar bilirubin, tetapi tidak mempengaruhi nekrosis hati atau regenerasi. Kombinasi terapi mempunyai efek samping lebih sedikit.
4.   Berikan obat antimetik, contoh metalopramide (raglan): trimetobenzamit (tigan).
Rasional : diberikan setengah jam sebelum makan, dapat menurunkan mual dan meningkatkan toleransi pada makanan.
5.   Berikan tambahan makanan / nutrisi dukungan total bila dibutuhkan.
Rasional : mungkin perlu untuk memenuhi kebutuhan kalori bila tanda kekurangan terjadi/ gejala memanjang
2.   Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan fisik
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7 x 24 jam masalah intoleransi aktivitas teratasi
Kriteria Hasil :
o    Klien tidak mengatakan lemas
o    Klien tidak mengatakan ngilu seluruh badan
o    Asites teratasi
o    Nyeri tekan pada kuadran kanan atas teratasi
Intervensi
1.   Tingkatkan tirah baring/ duduk. Berikan lingkungan tenang: batasi pengunjung sesuai keperluan
Rasional : Meningkatkan istirahat dan ketenangan. Menyediakan energy yang digunakan untuk penyembuhan.
2.   Ubah posisi dengan sering
Rasional : Meminimalkan tekanan pada area tertentu
3.   Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi
Rasional : Memungkinkan periode tambahan istirahat tanpa gangguan
4.   Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembesaran hati
Rasional : Memerlukan istirahat lanjut, mengganti program terapi
5.   Kolaborasi :
Berikan antidote/ bantu dalam procedure sesuai indikasi (contoh lavase, katersis, hiperventilasi) tergantung pada pemajanan
Rasional : Membuang agen pada hepatitis toksik dapat membatasi derajat kerusakan jaringan


3.   Resiko Infeksi b.d pertahanan primer tidak adekuat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawtan selama 3x24 jam, masalah infeksi teratasi
Kriteria Hasil :
o    Demam teratasi
o    Suhu 36-370C
o    Leukosit 6000-9000
Intervensi
1.   Lakukan teknik isolasi untuk infeksi enteric dan pernafasan sesuai kebijakan rumah sakit: termasuk cuci tangan efektif
Rasional : mencegah transmisi penyakit virus ke orang lain. Melalui cuci tangan efektif dalam mencegah transmisi virus.
2.   Membatasi pengunjung sesuai indikasi
Rasional : Pasien terpajan terhadap proses infeksi (khususnya respiratorius) potensial resiko komplikasi sekunder.
3.   Jelaskan prosedur isolasi kepada pasien/ orang terdekat
Rasional : pemahaman alas an untuk perlindungan diri mereka sendiri dan orang lain dapat mengurangi perasaan isolasi dan stigma. Isolasi dapat berakhir 2-3 minggu dari timbulnya penyakit, tergantung pada tipe atau lamanya gejala
4.   Berikan informasi tentang adanya gamma globulin, ISG, HBig, Vaksin hepatitis B (recombivax HB, engerix-B) melalui departemen kesehatan atau dokter keluarga.
Rasional : efektif dalam mencegah hepatitis virus pada orang yang terpajan tergantung tipe hepatitis da periode inkubasi
5.   Berikan obat sesuai indikasi antibiotic tepat untuk agen pencegahan (contoh gram negative, bakteri anaerob) atau proses sekunder.
Rasional : pengobatan hepatitis bacterial atau untuk mencegah/ membatasi infeksi sekunder

5. Evaluasi


Dx1:Resik Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolic
o    Klien tidak mengatakan mual muntah
o    Bilirubin direk
o    Bilirubin indirect
o    Bilirubin total 0,25 – 1 mg/dl
o    Warna urin kuning jernih
o    Warna feses kuning kecoklatan
o    Anoreksia teratasi
S: - Klien mengatakan mual muntah tidak ada
O: - bilirubin direk=
o    Bilirubin indirek=
o    Bilirubin total=0,25-1 mg/dl
o    Klien menghabiskan porsi makan yang diberikan
o    Warna fesses kuning kecoklatan
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
Dx2: Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan fisik
S: - klien mengatakan keadaannya mulai membaik
o    Klien mengatakan ngilu diseluruh badab sudah hilang
o    Klien mengatakan nyeri tekan pada kuadran kanan atas = 0
O: - klien tampak segar
o    Asites (-)
A: masalah teratasi
P: Hentikan intervensi


Dx3: resiko Infeksi b.d pertahanan primer tidak adekuat
Kriteria Hasil :
o    Demam teratasi
o    Suhu 36-370C
o    Leukosit 6000-9000
S: -
O: - suhu= 36-370c
-leukosit=6000-9000
-tidak ada tanda-tanda infeksi
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi



BAB IV
PEMBAHASAN

Pada teori dan kasus di atas, tidak terdapat banyak perbedaan yang ditimbulkn dari gejala klinis, patofisiologis dan lain-lain. Pada kasus didapatkan data klien dengan keluhan rasa ngilu seluruh badan, demam, lemas, mual, muntah, hal ini serupa dengan gejala klinis yang mungkin timbul pada teori hepatitis. Ngilu, nyeri pada kuadran kanan atas, anoreksia dan mual muntah merupakan bentuk ketidak yamanan dari manifestasi akibat inflamasi hepar yang menyebabkan peregangan hati.ketidak nyamanan di atas juga mempengaruhi denyut nadi klien yang menjadi meningkat. Demam merupakan salah satu bentuk manifestasi dari proses inflamasi hepar. lemas, merupakan manifestasi dari peoses penyakit akibat terjadinya inflamasi pada hepar yang menimbulkan gangguan suplai darah normal ke sel-sel hepar yang mengakibatkan kerusakan parenkim, sel hati, dan duktuli empedu inhaperatik yang akan mengganggu metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sehingga timbul kelemahan/keletihan. Bentuk respon lain dari proses inflamasi pada hepar yang timbul pada kasus antara lain, adanya demam, peningkatan suhu, dan peningkatan leukosit. Gangguan metabolisme pada klien ditandai dengan ikterik, dan berbagai pemeriksaan bilirubin yang dilakukan. Pada kasus dapat disimpulkan bahwa klien bukan mengalami hepatitis virus melainkan hepatitis non virus yang dibuktikan dengan adanya riwayat mengkonsumsi alkohol lenih dari 7 tahun dan merokok.
Berdasarkan data-data di atas kelompok sepakat mengambil diagnosa utama yaitu resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan karena .nutrisi merupakan hal terpenting dalam tubuh manusia, gangguan nutrisi sangat berpengaruh terhadap kerja metabolism tubuh hal ini akan memperparah keadaan apabila tidak segera diatasi. Diagnosa selanjutnya yang kelompok ambil adalah intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik karena apabila klien mengalami intoleransi aktivitas otomatis klien tidak dapat melakukan aktivitas yang biasa dia lakukan untuk memenuhi kebutuhan maka dari itu kami mengangkat diagnose ini sebagai diagnose ke dua. Dan diagnosa ketiga yang dapat ditarik yaitu resiko infeksi b.d pertahana primer tidak adekuat karena data-data tnda infeksi belum kita temukan secara lengkap oleh sebab itu kelompok meletakkan diagnose itu sebagai diagnose ketiga
Untuk intervensi pada diagnosa pertama, kelompok sepakat untuk melakukan tindakan yangmenetapkan prinsip menjaga keseimbangan nutrisi klien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi kilen,dan pada diagnosa kedua perinsip intervensi yang harus dilakukan adalah memberikan latihan fisik untuk mencegah terjadinya atropi pada otot, dan memberikan latihan mandiri klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Pada diagnosa ketiga, kita dapat mencagah timbulnya tanda-tanda infeksi lebih lanjut dan memberikan kolaborasi obat antibiotik untuk dapat menanganni masalah di atas.


BAB V
KESIMPULAN dan SARAN
1.   Kesimpulan.
Hepatitis merupakan persoalan kesehatan masyarakat yang perlu segera ditanggulangi, mengingat prevalensi yang tinggi dan akibat yang ditimbulkan hepatitis. Penularan hepatitis terjadi melalui kontak dengan darah / produk darah, saliva, semen, alat-alat yang tercemar hepatitis dan inokulasi perkutan dan subkutan secara tidak sengaja. Penularan secara parenteral dan non parenteral serta vertikal dan horizontal dalam keluarga atau lingkungan. Resiko untuk terkena hepatitis di masyarakat berkaitan dengan kebiasaan hidup yang meliputi aktivitas seksual, gaya hidup bebas, serta pekerjaan yang memungkinkan kontak dengan darah dan material penderita. Pengendalian penyakit ini lebih dimungkinkan melalui pencegahan dibandingkan pengobatan yang masih dalam penelitian. Pencegahan dilakukan meliputi pencegahan penularan penyakit dengan kegiatan Health Promotion dan Spesifik Protection, maupun pencegahan penyakit dengan imunisasi aktif dan pasif.
Setelah hepatitis virus akut, sejumlah kecil pasien akan mengalami hepatitis agresif atau kronik aktif dimana terjadi kerusaklaan hati seperti digerogoti ( piece meal ) dan berkembang sirosis. Kondisi ini dibedakan dari hepatitis kronik persisten dengan biopsy hati. Terapi kortikosteroid dapat memperlambat perluasan cedera hati, namun prognosis tetap buruk. Kematian biasanya terjadid alam 5 tahun akibat gagal ginjal atau komplikasi sirosis. Hepatitis kronik aktif dapat berkembang pada hampir 50 % pasien dengan HCV; sedangkan troporsinya pada penderita HBV jauh lebih kecil ( sekitar 1 – 3 %). Sebaiknya hepatitis kronik umumnya tidak menjadi komplikasi dari HAV atau HEV. Tidak semua kasus hepatitis kronik aktif terjadi menyusul hepatitis virus akut. Obat-obatan yang dapat terlibat dalam patogenesis kelainan ini termasuk alfametildopa ( aldomet, isoniazid, sulfonamide dan aspirin).

2.   Saran
Untuk menghadapi penyakit yang belum ditemukan obatnya seperti hepatitis ini, tindakan pencegahan adalah pilihan utama kita. Setelah membaca dan mengetahui cara penularanya, sebetulnya kita semua sudah mengerti apa yang harus kita kerjakan supaya terhindar dari penyakit menahun ini. Karena jalur penularan terutama lewat suntikan, maka setiap kali disuntik harus yakin bahwa jarumnya steril. Yang praktis adalah penggunakan jarum baru atau disposibel ( sekali pakai buang). Dan yang paling penting adalah melakukan vaksinasi, vaksin merupakan suatu zat ( antigen) yang jika disuntikan ke dalam tubuh kita dapat merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan zat anti ( antibody) terhadap antigen tersebut.
Sebaiknya bagi penderita hepatitis segera mendapatkan perawatan secepatnya agar tidak bertambah parah hingga menyebabkan kanker hati. Dan perawat harus memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga klien yang belum megetahui bahaya dan cara pencegahan hepatitis sedini mungkin.

Daftar Pustaka
Daft Chandrasoma, parakrama. 2006. Patologi Anatomi. Jakarta:Buku Kedokteran EGC.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:Buku Kedokteran EGC.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer, suzzane C. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 2 Jakarta:Buku Kedokteran EGC.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar